Joko Widodo – Melukis Kekuatan Indonesia dengan Kesederhanaan

Nama Lengkap : Ir. H. Joko Widodo
Panggilan akrab : Jokowi
Agama : Islam
Tempat, tanggal Lahir : Surakarta, Jawa Tengah, Rabu, 21 Juni 1961
Hobby : Membaca | Traveling
Kebangsaan : Indonesia
Partai politik : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Istri : Ny. Hj. Iriana Joko Widodo
Anak : Gibran Rakabuming Raka – Kahiyang Ayu – Kaesang Pangarep
Pekerjaan : Pengusaha mebel dan pertamanan
Pendidikan : SMP Negeri 1 Surakarta – SMA Negeri 6 Surakarta – Universitas Gajah Mada (UGM) Fakultas Kehutanan

sumber: statik.tempo.co

Karir Politik dan Organisasi :
1. Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo (1990)
2. Ketua Bidang Pertambangan & Energi Kamar Dagang dan Industri Surakarta (1992-1996)
3. Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007)
4. Walikota Surakarta (2005 - 2012)
5. Gubernur Jakarta (2012 - 2014)
6. Presiden Republik Indonsia (2014 - …)

Tak ada yang istimewa dari sosok penampilan pria kurus tinggi yang kini dikenal oleh hampir seluruh dunia itu. Ya, Jokowi, presiden ketujuh Republik Indonesia ini memang dikenal sebagai sosok yang sangat sederhana. 

Ia tak gemar menikmati segala tampilan mewah dan fasilitas mewah yang tentu bisa dia dapatkan dengan mudah. Gaya hidup simple, kemeja putih polos, dan gaya bicara yang santai dan tidak neko-neko adalah ciri khas dari kesederhanaannya. Tapi justru kesederhanaannya inilah yang istimewa di hati masyarakat Indonesia.

Keserhanaan ini memang sudah tertanam sejak kecil. Orang tuanya adalah pasangan yang juga sederhana. Hidup dengan cara yang sederhana dan dengan prinsip hidup yang sederhana pula namun tetap dengan kerja keras. 

Ibunda Jokowi, Nyonya Sujiatmi, adalah orang yang berjasa dalam membentuk karakter unik Jokowi. Ia dengan tekun menanamkan pendidikan budi pekerti, kesederhanaan hidup, kerendahan hati, yang dibarengi dengan kerja keras. 

Berbagai pendidikan karakter ini kemudian membentuk sosok Jokowi yang sukses seperti sekarang ini. Pesan sederhana yang seringkali disampaikan Sujiatmi pada anaknya adalah “Nek mlakumu lurus, lempeng, uripmu mesti penak” Kalau jalanmu lurus, lempang, hidupmu pasti enak.

Memilih jalan yang lurus bukan berarti bebas hambatan. Kerikil tajam, lubang dan bukit terjal pasti sudah siap membuat jalan kita berbelok. Itulah kenapa kita tetap harus teguh dalam bekerja keras. Kondisi ini sudah disadari oleh Jokowi kecil. 

Jokowi kecil pernah merasakan bagaimana sulitnya menjadi korban penggusuran. Saat itu, rumah kecil yang juga tempat usaha kayu yang dikelola ayahnya di daerah Cinderejo Lor digusur untuk dijadikan pusat jasa travel. Tapi kehidupan keluarga kecilnya tetap berlanjut agar bisa terus lebih baik setiap harinya.

Orang tuanya mengajarkan Jokowi tentang makna ikhlas dan rasa tanggung jawab dengan baik. Jokowi tumbuh menjadi orang yang pandai bergaul dan tidak suka pertengkaran. Meski hanya soorang anak tukang kayu, Jokowi tidak pernah merasa pekerjaan ayahnya itu tidak mulia. Ia tetap bangga pada ayahnya yang seorang pekerja keras. Ia rajin jalan kaki ke sekolah, sementara teman-teman lainnya gemar memamerkan sepeda barunya.

Baca juga: Kisah Secepat Kilat – Biografi Farrah Gray (Milyader Termuda di Usia 14 Tahun)

Kerja keras Jokowi membawanya berhasil menyelesaikan studi di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, pada tahun 1985. Setelah lulus, Jokowi pergi merantau ke Aceh, salah satu kota di ujung barat laut Indonesia. 

Disana, ia bekerja di salah satu BUMN selama hampir 3 tahun. Setelah merasa cukup pengalaman, Jokowi kembali ke kota Solo dan bekerja di Perusahaan CV. Roda Jatiyang, perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan. 

Tidak ingin hanya menjadi pekerja, pada tahun 1998, ia mendirikan bisnisnya sendiri. Kerja keras, ketekunan, keuletan, dan pengalaman Jokowi mengantarkannya menjadi seorang pengusaha mebel sukses. Produk mebelnya bahkan berhasil menembus pasar ekspor.

Setelah sukses di dunia bisnis, Jokowi terpanggil untuk terjun ke dunia politik. Ia masuk ke dunia politik bukan untuk menjadi seorang politisi hanya untuk mencari jabatan atau ketenaran. Lebih dari itu, Jokowi ingin menjadi seorang pembawa perubahan bagi kota kelahirannya. 

Jokowi mencalonkan diri sebagai Walikota Solo pada tahun 2004, dibawah usungan partai politik PDI Perjuangan. Dan keinginannya itu ternyata diamini oleh masyarakat Solo yang menaruh kepercayaannya terhadap perbaikan kota Solo di tangan Joko Widodo bersama wakilnya Fx Rudi.

Jokowi menunjukkan kemampuannya dengan membuat banyak gebrakan positif di Solo. Kota Solo di bawah kepemimpinan Jokowi mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Solo diubahnya menjadi sebuah kota sebagai the Spirit of Java. 

Kekagumannya pada tata kota Eropa yang sering ia lihat saat kunjungan bisnis dulu, diimplementasikan di Kota Solo. Taman-taman kota yang hijau dibangun dimana-mana, fasilitas pedestrian diperpanjang, pasar-pasar tradisional disulap menjadi bersih dan nyaman, berbagai festival budaya, pesta rakyat, dan beragam acara dari tingkat lokal hingga internasional rutin diadakan.

Jokowi bahkan sukses merelokasi pedagang kaki lima dengan cara yang arif dan bersahabat. Relokasi taman Banjarsari, revitalisasi taman Balekambang, revitalisasi hutan kota Manahan, pembangunan pedestrian di sepanjang jalan Slamet Riyadi, renovasi pasar Gede, Pasar Gading, Pasar Mojosongo, Pasar Gemblekan, Pasar Nusukan dan lainnya adalah contoh nyata hasil kerja keras pemerintahan Jokowi.

Kesuksesan inilah yang lantas mengantarkan namanya melambung menjadi walikota yang tenar di seantero Indonesia, bahkan juga membuatnya dinobatkan sebagai salah satu walikota terbaik di dunia. 

Nama Jokowi samakin dikenal terutama dengan gayanya yang sederhana dan pekerja keras. Sikap sederhana Jokowi ini diakui oleh masyarakat Solo yang seringkali diterima oleh Jokowi untuk hanya sekedar mengobrol dan mendengar keluh kesah mereka. 

Jokowi pun juga gemar berjalan-jalan untuk bercengkerama dan melihat langsung kondisi masyarakatnya. Ya, kekuatan Jokowi terletak pada sikapnya yang populis. Kegemaran Jokowi ini membuat istilah “blusukan” atau terjun langsung diantara rakyat menjadi popular. 

Yang mengejutkan, Jokowi ternyata tidak pernah mengambil gajinya sebagai walikota selama menjabat. Ia bahkan hanya menggunakan mobil dinas bekas dari walikota sebelumnya.

Jokowi mendapat legitimasi dan legalitas penuh dari rakyat pada pemilihan walikota periode kedua di tahun 2010. Ia mendapat dukungan fantastis dari masyarakat Solo, yakni hingga 90% suara. Namun, pada periode jabatannya sebagai walikota Solo yang kedua, Jokowi pun dilirik oleh provinsi Jakarta sebagai Gubernur. 

Belum selesai dengan periode keduanya memimpin Solo, pada tahun 2012, Jokowi hijrah ke Jakarta karena berhasil memenangkan pemilu bersama wakilnya Basuki Cahya Purnama atau Ahok untuk periode 2012 - 2017.

Di Jakarta, Jokowi kembali bekerja keras, cepat dan tetap sederhana. Sebagai gubernur di Ibu Kota Indonesia, Jokowi semakin dikenal dan banyak dikagumi rakyat. Hampir seluruh rakyat Indonesia mengelu-elukan namanya. Ini dianggap sebagai kesempatan emas dalam dunia perpolitikan. PDIP, partai pengusungnya pun mengamanatkan Jokowi menjadi calon presiden RI bersama Jusuf Kalla, di tahun 2014.

Kali ini, perjalanan justru menjadi semakin sulit. Tidak semua rakyat setuju dan tidak semua orang yang dahulu memujinya memberikan dukungan. Jokowi dianggap masih punya tugas di Jakarta sebagai seorang gubernur. 

Pro kontra muncul dan membuat Jokowi banyak mendapat black campaign. Begitupun juga dengan pendukung fanatic Jokowi banyak pula yang membela dan berusaha menjatuhkan lawan politiknya, Prabowo dan Hatta. 

Suasana politik di Indonesia semakin memanas. Partisipasi politik rakyat semakin besar, namun pembicaraan yang negatif juga sering terdengar. Meski demikian, keberuntungan tetap kembali berpihak pada Jokowi dan membuatnya terpilih sebagai presiden Republik Indonesia tahun 2014 - 2019.

Kini, tugas dan tanggung jawab besar ada di pundak Jokowi bersama wakilnya Jusuf Kalla. Mereka harus bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik, meski tantangan dan kritikan siap mewarnai langkahnya.

PENGHARGAAN JOKOWI

  1. Bintang Jasa Utama - Presiden Republik Indonesia
  2. Piala Citra Bhakti Abdi Negara (2008-2009-2010) - Presiden Republik Indonesia
  3. Agent of change Kemandirian - Dompet Dhuafa
  4. Democracy Award - Manusia Bintang - RMOL
  5. Decade Award - Rising Leader - Men's Obsession
  6. E-government - Kemkominfo
  7. Adiupaya Puritama - Kemenpera
  8. Best City Award - Delgosea 
  9. Pengendali inflasi - Bank Indonesia
  10. Tata ruang kedua terbaik se-Indonesia - Kementrian PU 
  11. Top 50 Leaders - Fortune 
  12. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan - Kemennaker
  13. Bung Hatta Anti Corruption Award - Meutia Hatta
  14. Anti Gratifikasi - KPK
  15. Program Perlindungan Anak - UNICEF Tahun 2006
  16. Walikota No.3 Terbaik Dunia - The City Mayors Foundation
  17. Social Media Award - Majalah Marketing & Frontier Consulting Group
  18. 10 Tokoh Pilihan Tahun 2008 - Tempo
  19. Tokoh Pluralis Tahun 2013 - Lembaga Pemilih Indonesia
  20. Tokoh Seputar Indonesia Tahun 2013 - Anugerah Seputar Indonesia
  21. Good Governance Award (20 September 2012) - Soegeng Soerjadi
  22. Pencapaian target MDGs Untuk program KJP dan KJS - Bappenas
  23. Pangripta Nusantara Utama - Bappenas
  24. Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah
  25. Kota Layak Anak - Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
  26. Wahana Nugraha - Departemen Perhubungan
  27. Sanitasi dan Penataan Permukiman Kumuh - Departemen Pekerjaan Umum
  28. Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia
  29. Nominasi World Mayor Tahun 2012
  30. Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Award

Related Post

Next
Previous