Hampir Diamputasi, David Villa Justru Menjadi ….
Karena kegigihan untuk menang adalah kemenangan itu sendiri. Ya, kalimat ini sepertinya memang pas untuk menggambarkan kisah motivasi yang diangkat dari biografi David Villa yang begitu menginspirasi ini. Pria bernama lengkap David Villa Sanchez ini adalah salah satu bintang sepak bola paling bersinar di Barcelona Spanyol.David Villa yang lahir pada 3 Desember 1981 ini memang sudah jadi penggemar sepak bola sejak ia masih kecil. Tak hanya sebagai penonton saja, tapi sejak usianya 4 tahun pun, ia sudah gemar bermain bola bersama kawan – kawan kecilnya. Hampir setiap hari David kecil bermain bola di lapangan dekat rumahnya bersama dengan kawan – kawannya itu.
Hingga suatu hari, karena saking asyiknya mengejar bola, salah seorang kawan David menabraknya hingga mereka berdua terjatuh. Sayangnya, temannya jatuh di atas David dengan posisi yang sangat membahayakan David. Dan benar saja, tulang kaki kanan David yang tertimpa oleh temannya tersebut patah.
Dengan segera, David dilarikan ke rumah sakit. Sayang, kabar mengejutkan datang dari dokter yang memeriksanya. Dokter yang melihat kondisi kaki David telah begitu parah malah meminta agar kaki David diamputasi demi menghentikan infeksinya.
Baca juga: Joko Widodo – Melukis Kekuatan Indonesia dengan Kesederhanaan
Ayah David tentu saja tak rela kalau putra tercintanya harus kehilangan kaki di usia sedini itu. Akhirnya, kaki David yang harusnya diamputasi hanya dibebat saja karena sang Ayah menolak. Dokter pun terpaksa setuju dan hanya memberikan beberapa resep antibiotik saja untuk menghambat infeksinya.
Selama beberapa bulan berikutnya, David sama sekali tidak bisa menggunakan kaki kanannya. Tapi, bukan berarti kejadian ini membuat David menyerah dengan sepak bola. Ketika remaja, Ayah David yang melihat potensi besar dan keseriusan putranya ini pergi mendaftarkan David pada klub Oviedo.
Sayangnya, klub ini menolak David lantaran badannya yang terlalu kecil serta tempat tinggalnya yang jauh dari tempat latihan turin Oviedo. Tak berputus asa karena penolakan ini, Ayahnya lanjut mencari klub – klub lain yang mau menerima David.
Hingga akhirnya, ia menemukan klub Langero yang bersedia menerima David Villa. Lalu, ia juga berpindah ke Sporting Gijon, Real Zaragoza, di Valencia dan sampai akhirnya di Atletico Madrid. Klub – klub ini sepertinya malah sulit menolak David karena ketajaman David sebagai seorang striker.
Justru gara – gara kaki kanannya yang hampir diamputasi inilah, David Villa dilirik oleh klub – klub Spanyol ini. Kaki kanan dan kaki kiri David mampu menendang ke arah gawang dengan sama kuat dan akuratnya, suatu hal yang biasanya tak mampu dilakukan oleh striker lain.
Kecintaan David pada sepak bola disambut baik oleh sang ayah sejak kecil. Ia benar – benar tak ingin melihat anaknya kalah dan meletakkan impiannya begitu saja karena kakinya yang patah. Bahkan, ketika kaki kanannya yang hampir diamputasi harus dibebat dan tak bisa digunakan selama beberapa bulan, ayah David tetap melatihnya bermain bola.
Dengan kegigihan untuk menang, setiap hari ayah David membimbing putranya untuk melatih tendangan kaki kiri. Sepulang dari pertambangan tempatnya bekerja, ayah David hampir tak pernah absen mengajaknya berlatih bola. Karena kaki kanannya tak bisa digunakan, maka kaki kirinya lah yang dilatih secara maksimal.
Dalam latihannya, ayahnya akan melemparkan bola ke arah David dan memintanya menendang dengan kaki kirinya. Karena setiap hari berlatih dengan kaki kiri, maka tendangan kaki kiri David pun kini sama kuat dan sama ditakutinya oleh lawan.
Kegigihan untuk menanglah yang mengantarkan David menjadi seorang pemenang yang sesungguhnya. Kini, David adalah salah seorang striker kelas atau sekaligus menjadi tim andalan nasional Spanyol.
Selama beberapa bulan berikutnya, David sama sekali tidak bisa menggunakan kaki kanannya. Tapi, bukan berarti kejadian ini membuat David menyerah dengan sepak bola. Ketika remaja, Ayah David yang melihat potensi besar dan keseriusan putranya ini pergi mendaftarkan David pada klub Oviedo.
Sayangnya, klub ini menolak David lantaran badannya yang terlalu kecil serta tempat tinggalnya yang jauh dari tempat latihan turin Oviedo. Tak berputus asa karena penolakan ini, Ayahnya lanjut mencari klub – klub lain yang mau menerima David.
Hingga akhirnya, ia menemukan klub Langero yang bersedia menerima David Villa. Lalu, ia juga berpindah ke Sporting Gijon, Real Zaragoza, di Valencia dan sampai akhirnya di Atletico Madrid. Klub – klub ini sepertinya malah sulit menolak David karena ketajaman David sebagai seorang striker.
Justru gara – gara kaki kanannya yang hampir diamputasi inilah, David Villa dilirik oleh klub – klub Spanyol ini. Kaki kanan dan kaki kiri David mampu menendang ke arah gawang dengan sama kuat dan akuratnya, suatu hal yang biasanya tak mampu dilakukan oleh striker lain.
Kecintaan David pada sepak bola disambut baik oleh sang ayah sejak kecil. Ia benar – benar tak ingin melihat anaknya kalah dan meletakkan impiannya begitu saja karena kakinya yang patah. Bahkan, ketika kaki kanannya yang hampir diamputasi harus dibebat dan tak bisa digunakan selama beberapa bulan, ayah David tetap melatihnya bermain bola.
Dengan kegigihan untuk menang, setiap hari ayah David membimbing putranya untuk melatih tendangan kaki kiri. Sepulang dari pertambangan tempatnya bekerja, ayah David hampir tak pernah absen mengajaknya berlatih bola. Karena kaki kanannya tak bisa digunakan, maka kaki kirinya lah yang dilatih secara maksimal.
Dalam latihannya, ayahnya akan melemparkan bola ke arah David dan memintanya menendang dengan kaki kirinya. Karena setiap hari berlatih dengan kaki kiri, maka tendangan kaki kiri David pun kini sama kuat dan sama ditakutinya oleh lawan.
Kegigihan untuk menanglah yang mengantarkan David menjadi seorang pemenang yang sesungguhnya. Kini, David adalah salah seorang striker kelas atau sekaligus menjadi tim andalan nasional Spanyol.